Simak inilah tradisi yang biasanya dilakukan umat Hindu untuk merayakan Hari Raya Galungan. Dikutip dari dentim.denpasarkota.go.id , Galungan merupakan hari Raya Suci Agama Hindu yang jatuh setiap 6 bulan sekali atau berdasarkan pawukon Buda Kliwon Dungulan. Tahun ini, Hari Raya Galungan jatuh pada hari Rabu, 28 Februari 2024.
Kemudian, Hari Raya Galungan yang kedua akan diperingati pada tanggal 25 September 2024. Hari Raya Galungan merupakan hari dimana kemenangan Dharma melawan Adharma. Makna dari Hari Raya Galungan sebagai hari kemenangan Dharma melawan Adharma adalah di mana Adharma itu sendiri berarti sifat Mala (kotor) yang ada pada setiap diri manusia.
Sebagai manusia hendaklah untuk bisa melawan setiap sifat mala yang ada pada diri kita untuk bisa menjadikan diri kita lebih baik dan baik lagi. Adapun tradisi yang biasanya dilakukan umat Hindu untuk merayakan Hari Raya Galungan, sebagai berikut: Tradisi Khas yang Dilakukan Umat Hindu untuk Rayakan Hari Raya Galungan
Ribuan Umat Hindu di Banggai Rayakan Hari Raya Galungan 2024 Rayakan Hari Raya Galungan, Pura Pitahama Jalan Kinibalu Dipenuhi Umat Hindu Palangkaraya Umat Hindu Desa Plajan Pakisaji Jepara Rayakan Galungan
Hari Raya Galungan, WBP Umat Hindu Lapas Lobar Gelar Persembahyangan Hari Raya Galungan, Umat Hindu di Banjarmasin Harapkan Pemimpin Baru Dapat Entaskan Kemiskinan Umat Hindu Manggarai Timur Rayakan Galungan dengan Sembahyang Bersama di Pura Agung
Rayakan Hari Raya Kuningan, Umat Hindu Banjarmasin Berharap Pemimpin dapat Tingkatkan Kesejahteraan Para Umat Hindu biasanya memulai tradisi dengan memasang Penjor sehari sebelum Galungan atau tepatnya pada Penampahan Galungan. Penjor adalah simbol dari Naga Basukih, dimana Basukih berarti kemakmuran atau kesejahteraan.
Memasang Penjor pada Hari Raya Galungan yang berarti sebagai wujud rasa Bakti dan rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala kemakmuran dan kesejahteraan yang telah diberikanNya. Dalam membuat penjor, sarananya terdiri dari pala bungkah atau segala jenis umbi umbian, pala gantung segala jenis yang tergantung seperti buah buahan, palawija atau biji bijian, bambu, kasa putih kuning, lamak. Penjor ini nantinya akan ditancapkan di depan pintu masuk saat penampahan sore agar esoknya saat Galungan masih dalam keadaan segar.
Tradisi Ngejot merupakan kegiatan saling memberi atau berbagi pada orang lain. Tradisi ini biasanya dilakukan menjelang Galungan sampai saat Hari Raya Galungan berlangsung. Masyarakat biasanya membagikan berupa buah, jajan, hingga olahan daging saat penampahan yang bertujuan untuk semakin mempererat persaudaraan antar umat Hindu.
Satu hari sebelum Hari Raya Galungan, umat Hindu akan merayakan penampahan. Saat penampahan, umat Hindu akan memotong hewan babi. Memotong babi saat penampahan bermakna untuk mengalahkan sad ripu atau enam sifat manusia.
Nantinya daging babi ini akan diolah menjadi aneka sarana upakara dan juga hidangan seperti lawar, sate, komoh, timbungan, maupun urutan. Daging babi tersebut tidak hanya dinikmati, tetapi juga dihaturkan kepada Tuhan karena semua itu ciptaan Tuhan. Ini merupakan rangkaian wajib saat penampahan di setiap Hari Raya Galungan.
Saat Hari Raya Galungan, umat Hindu juga memasang lamak dan gantungan. Lamak dan gantungan ini dibuat dari bahan janur dan ron (daun enau yang berwarna hijau) yang didesain sedemikian rupa lalu dijarit. Lamak dan gantungan ini kemudian akan dipasang pada setiap pelinggih.
Ngurek merupakan tradisi yang khas dilakukan umat Hindu di Bali. Ngurek berasal dari kata urek yang berarti melubangi atau menusuk. Saat tradisi Ngurek, beberapa orang akan berada dalam kondisi kerasukan dan akan berusaha melukai dirinya sendiri.
Ngurek ini biasanya dilakukan menggunakan senjata tajam, misalnya seperti keris suci yang disebut sebagai Luk Kesiman. Hari Raya Galungan selalu identik dengan tape ketan atau biasa disebut sebagai tape Galungan. Tape ini dibuat menggunakan ketan dimana pembuatannya biasanya dilakukan saat penyekeban atau tiga hari sebelum Galungan.
Selain itu, tape ini juga dibuat menggunakan ragi dalam proses permentasinya dan juga bawang putih untuk memberi aroma khas pada tape itu sendiri. Untuk memberi warna pada tape, biasanya digunakan daun suji atau daun katuk sehingga tape tersebut berwarna hijau. Biasanya pembuatan tape ini akan dilakukan pada suatu wadah yang dipinggirnya diisi daun pisang.
Kemudian wadah tersebut ditutup rapat dan dibuka saat penampahan Galungan yang selanjutnya digunakan sebagai sarana upakara saat Hari Raya Galungan. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.