PT HABE menjadi pelaku UMKM ekspor yang berhasil menembus pasar global, sehingga menjadi peserta pameran prestisius bertaraf global oleh The Korean Importer Association (KOIMA). HABE didirikan pada November 2013. Awalnya mereka merupakan Perusahaan Modal Asing (PMA) yang dirintis Hendra Budiman bersama dua orang rekannya warga negara Belanda yang berdomisili di Kota Klaten. Perusahaan ini bergerak di bidang kerajinan tangan yang memiliki berbagai produk.
Hendra menyampaikan, perseroan memiliki beberapa klaster produk, di antaranya kerajinan dari kayu jati, produk kerajinan dengan bahan dasar daun daunan dan bunga, bambu, kayu albasia, batu alam, hingga koleksi dream catcher. Seluruh produk yang diproduksi HABE diekspor ke luar negeri dan omzetnya pada tahun lalu mencapai 2,1 juta dolar AS atau setara Rp32,77 miliar, dan telah banyak menyerap tenaga kerja. "Kalau omzet setahun terakhir sekitar 2,1 juta dolar AS untuk tahun 2023, tentu kami berharap ini dapat terus tumbuh untuk mendorong penguatan kinerja UMKM Indonesia," kata Hendra ditulis Minggu (21/1/2024).
HABE melakukan kerja sama dengan berbagai vendor untuk mendapatkan bahan yang akan diolah menjadi berbagai produk kerajinan tangan. Tembus Pasar Global, Kerajinan Tangan Kayu Jati Hingga Bambu Kantongi Omzet Rp 32,77 Miliar Kain Lukis Nasrafa, UMKM Solo Tembus Pasar Global hingga Sabet Penghargaan Bergengsi
BREAKING NEWS, Polisi Ungkap Judi Online di Batam, Omzet Hingga Rp 2,2 Miliar Mariya Yesika Mahasiswi Dokter Spesialis di Malang Dapat Uang Capai Rp 1,6 M Dari Abdul Ghani Halaman all Kisah Sukses Sambal Dhe Djum Asal Kudus Bisa Tembus Pasar Global
Sukses Implementasikan E retribusi di 16 Pasar, PAD Kabupaten Batang Tembus Rp 4,5 Miliar Asbak hingga Vas Mini, Mengenal Produk Bien Craft Berbahan Limbah Kayu Jati Israel Diperintahkan Serangan Iran dan Hizbullah Terlebih Dahulu, IDF: Kita Jangan Menunggu Diserang Serambinews.com
Untuk kayu jati, pihaknya bekerja sama dengan beberapa vendor dari wilayah Jawa Timur, seperti Ngawi dan Bojonegoro. Untuk bahan daun daunan seperti pelepah pisang dan eceng gondok didapatkan dari vendor di Bantul. Kemudian, untuk kayu albasia yang akan diolah menjadi bentuk ikan dan kuda laut bahannya berasal dari Bali. Lalu, bahan baku pembuatan dream catcher berasal dari Madura, dan bambu serta rotan berasal dari Magelang dan Klaten. "Vendor kita lebih dari 50. Kemudian, produk produk itu setengah jadi, kemudian dikirim ke HABE kita perbaiki kualitasnya, kemudian dipacking," ujar Hendra.
Hendra menambahkan bahwa PT Bank Negara Indonesia (BNI) juga memiliki kontribusi yang besar dalam kesuksesan mereka, khususnya lewat program BNI Xpora. Hendra menuturkan, sejak awal berdiri pada 2013, pihaknya telah bekerja sama dengan BNI, mulai dari pengelolaan keuangan perusahaan hingga mendapat dukungan pada business matching dan pelatihan. "Kita menggunakan baik itu payroll sampai jual beli valas di BNI. Untuk transaksi keuangan lainnya ke customer kita menggunakan BNIDirect. BNI juga support business matching, acara acara pelatihan tertentu itu kita juga disupport oleh BNI," pungkasnya.